perbedaan diantara kita.

Aku masih ingat hari itu, hari Kamis malam sekitar pukul 8.00 ketika temanku yang juga merupakan temanmu menjemputku di rumah. Ketika malam menjelang, rasa malas selalu menyerangku. Aku sangat malas ketika diajak keluar hanya untuk menemani temanku semasa SMP yang sudah lama tidak pernah mengkontakku. Aku sudah siap menghabiskan malamku di depan televisi, menonton sinetron yang bahkan aku tidak mengerti jalan ceritanya. Namun di hari kamis itu, temanku memaksaku untuk menemaninya makan malam bersama kamu dan temanmu yang satunya lagi. Ketika aku sudah bosan melihat sinetron yang semakin tidak jelas jalan ceritanya, kuputuskan untuk menyanggupi ajakan temanku itu. Dan, aku bersyukur kepada Tuhan karena malam itu aku mengenalmu.. 

Sosokmu yang pendiam telah sukses mengusik hatiku. Aku masih ingat dengan jelas, hari itu kamu memakai kaos berwarna hitam polos dan celana pendek berwarna hijau toska. Kamu terlihat sangat menawan ketika menggunakannya. Pola makanmu yang berbeda 180 derajat denganku juga semakin membuatku kagum, dan juga kacamata yang membingkai matamu membuatku semakin yakin bahwa sosok yang sedang duduk di hadapanku adalah seseorang yang cerdas. Walaupun malam itu kamu sangat sedikit berbicara, namun aku telah jatuh hati kepadamu..

Sejak hari itu, malam adalah saat yang paling aku tunggu-tunggu. Mengapa? Kamu pasti tahu alasannya. Ya, karena setiap malam aku bisa memandang wajahmu ketika kamu sedang menyantap makan malammu, karena setiap malam aku bisa berbincang-bincang denganmu dan mengenalmu lebih dalam lagi. Akhirnya pada suatu malam, aku memberanikan diri untuk menghubungimu terlebih dahulu. Kusiapkan beberapa alasan supaya bisa mengkontakmu. Dan, kamu tahu aku sangat bahagia ketika kamu membalas pesanku untuk yang pertama kalinya. Walaupun tidak bisa kupungkiri, responmu sangat datar sekali ketika membalas pesanku..

Kemudian beberapa setelah pertemuan kita yang kaku itu, aku mengajakmu menonton film di bioskop bersama teman-temanmu dan teman-temanku. Aku datang terlambat dan akhirnya aku tidak mendapatkan satu baris untuk teman-temanku dan teman-temanmu. Kita terpaksa duduk di baris yang berbeda. Kamu duduk satu baris diatasku.. Jujur, aku tidak menikmati film yang sedang diputar saat itu, entah karena jalan filmnya yang tidak bagus atau karena aku tidak bisa memandang wajahmu.. Setelah selesai menonton, akhirnya kita memutuskan untuk pergi makan. Dan, aku juga masih ingat ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan kamu dan teman-temanmu mengiringiku pulang..

Pada hari kamis lagi, kita memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan bermain di sebuah arena permainan keluarga. Aku masih ingat, teman kita sedang stress karena permasalahan cinta yang sedang bergejolak dalam dirinya. Hari itu aku melihat sisi lain dari dirimu.. Setelah lelah bermain, akhirnya kita memutuskan untuk duduk dan beristirahat di sebuah cafe. Ketika bahan pembicaraan mulai habis dan aku tidak tahu harus berbuat apa, yang ada dipikiranku hanyalah sebuah permainan, kartu remi. Malam itu, pertama kalinya kita keluar berdua karena mencari kartu remi. Tidak banyak yang kita perbincangkan, karena aku terlalu malu untuk memulai pembicaraan dan aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan denganmu.. Namun, aku sangat menikmati waktu yang singkat itu.. Aku tidak akan lupa ketika kita bermain kartu dan kebetulan aku selalu memenangkan permainan kartu hari itu.. 

Pada hari minggu, aku memutuskan untuk pulang ke kota asalku bersamamu dan temanku. Selama 3 jam perjalanan, sebisa mungkin aku mencari bahan pembicaraan. Ketika di kota asalku, aku tidak bisa menghabiskan malamku bersamamu. Kamu pasti sangat rindu dengan keluargamu dan aku tidak ada alasan untuk mengajakmu keluar. Aku hanya bisa menunggu sampai kita kembali ke kota tempat aku kuliah.. Namun, ketika di kota asalku, komunikasi kita menjadi baik. Aku mencoba mengenalmu lebih dalam lagi melalui pesan-pesan singkat yang kukirimkan. Dan aku sangat gembira ketika kamu merespon pesan ku dengan baik.

Kita menjadi semakin dekat setiap harinya, dan aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Aku lebih mementingkan membalas pesanmu daripada mendengarkan cerita temanku, aku bangun lebih awal setiap hari hanya untuk membalas pesanmu yang isinya membangunkanku setiap pagi. Aku begitu menikmati hari-hari itu sampai kamu berkata bahwa hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi. Aku kaget dan terdiam. Air mataku pun tidak bisa menetes. Selama beberapa saat, aku merasa kecewa dan seakan duniaku hampa. Ketika kamu berkata kita hanya bisa menjadi teman dan tidak lebih, hatiku terasa sangat perih sekali. Aku bertanya, mengapa kita tidak bisa bersatu? Jawabanmu sangatlah tidak jelas sampai akhirnya aku meberanikan diri untuk bertanya, apakah karena perbedaan agama yang terjadi diantara kita? Dan kamu menjawab, hal itu adalah salah satu alasan mengapa kita tidak bisa bersama. Seketika itu juga aku merasa sedih. Dan aku bertanya untuk terakhir kalinya, apakah kamu mempunyai perasaan yang sama denganku? Semakin kecewalah aku ketika kamu menjawab iya, namun kamu tidak mau mencoba terlebih dahulu.

Aku merenung, mengapa agama menjadi penghalang kita untuk bersatu? Aku tidak masalah kamu memeluk agama apapun. Asalkan kamu beragama, itu sudah cukup. Apakah orang tuamu melarangmu untuk berhubungan dengan perempuan yang tidak seagama denganmu? Mengapa orang tuamu melarangmu? Tuhanku dan Tuhanmu tidak melarang kita untuk bersatu. Jika Tuhanku dan Tuhanmu melarang kita untuk bersatu, mengapa Mereka mempertemukan kita? Mengapa Mereka mengijinkan perasaan ini tumbuh diantara kita? Aku selalu berpendapat bahwa agama tidak diciptakan untuk membatasi atau mengekang. Mengapa manusia membuat peraturan seperti itu?

Aku tidak meminta macam-macam darimu. Aku hanya ingin diperjuangkan. Aku memperjuangkan dirimu sebisaku, apakah itu tidak cukup? Apakah itu kurang? Kedua orang tuaku tidak pernah berhasil memaksaku memakan makanan yang tidak aku sukai, namun demi dirimu, aku memakan makanan yang aku tidak sukai. Walaupun itu susah dan aku merasa ingin muntah, tapi aku tetap menelannya demi dirimu. Memang dirimu tidak pernah memintaku untuk berkorban, namun aku dengan sukarela berkorban untukmu karena aku menyayangimu.

Namun, sekarang semua sudah terlambat. Keputusanmu sudah bulat dan tidak bisa digoyahkan. Aku hanya berharap, ketika kamu membaca tulisanku ini, kamu tahu betapa aku menyayangimu. Betapa berartinya kamu untuk diriku. Betapa sulitnya untuk melupakanmu. Betapa sulitnya untuk membuang perasaan istimewa ini dan menjadi teman biasa. Walaupun pertemuan kita sangatlah singkat sekali, namun saat-saat tersebut adalah saat yang paling membahagiakan bagiku.

Semua orang berkata, jika memang jodoh kita pasti akan bersatu. Akupun berkata seperti itu kepadamu, namun aku sendiri tidak yakin dengan perkataanku karena aku belum pernah mengalami kejadiannya dan tidak ada orang di sekelilingku yang telah mengalami kejadiannya. Seorang temanku berkata, mungkin kamu terlalu sayang kepadaku sehingga tidak mau melihatku lebih tersakiti lagi jika nantinya hubungan kita ini tidak berhasil. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang ada di dalam pikiranmu karena kamu selalu menyimpannya sendiri. Aku ingin tahu apa yang ada di dalam pikiranmu. Apa mungkin kamu takut ketika kamu memberitahukanku pikiranmu dan aku menolak untuk menerimanya?

Terima kasih telah mengajarkan berbagai macam hal yang dulu tidak aku ketahui. Terima kasih telah mengajarkanku bahwa cinta tidak harus memiliki. Terima kasih telah mengajarkanku untuk tidak egois. Terima kasih atas segala kesempatan yang telah kamu berikan untukku untuk mengenalmu, seseorang yang luar biasa dalam hidupku. Terima kasih buat segala kebahagiaan yang telah kamu berikan kepadaku. Setiap malam aku selalu bersyukur kepada Tuhanku karena Dia menginjinkanku untuk menyayangimu.. Terima kasih, R.